08 Agustus 2018
"Getek" Akan Menjadi Masa Lalu Desa Kenongorejo
Desa Kenongorejo, merupakan salah satu desa di Kecamatan Beringin, Kabupaten Ngawi dan memiliki luas 1.532,4 ha. Desa ini dihuni 1.830 KK (5.276 jiwa) dengan mata pencaharian utama adalah petani. Sebagian desa ini, tepatnya wilayah dusun Prodo dan Kaliuluh, akan menjadi kawasan terisolir pada saat musim hujan tiba akibat tingginya permukaan air waduk Pondok. Warga desa sulit untuk beraktivitas, karena jalan yang biasa dilalui tertutup air dengan kedalaman 6 m. Anak-anak juga kesulitan berangkat ke sekolah, karena mereka harus melakukan perjalanan memutar sejauh 15 km. Menyiasati kondisi tersebut, warga desa harus menyiapkan “getek” (semacam perahu yang dibuat dari batang kayu yang diikat).
Sekitar 5 tahun yang lalu masyarakat Desa Kenongorejo sepakat untuk membangun jembatan Desa Kenongo, tetapi terbentur dengan kondisi keuangan desa yang tidak memungkinkan untuk proyek ”besar” ini. Hingga pada tahun 2018, Kecamatan Beringin Kabupaten Ngawi menjadi salah satu kecamatan yang mendapatkan bantuan Pemerintah melalui kegiatan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW). Kegiatan yang mengedepankan pembangunan infrastruktur skala kawasan ini, berdasarkan Keputusan Menteri PUPR, menyasar wilayah Desa Kenongorejo, Desa Krompol, dan Desa Dampit.
Sesuai konsep pembangunan pada kegiatan PISEW, pada saat sosialisasi dan Pertemuan Kecamatan I setiap desa sasaran mengutarakan permasalahan infrastruktur di masing-masing desanya. Permasalahan infrastruktur tersebut selanjutnya disusun dalam daftar usulan untuk menentukan skala prioritas pembangunan. Berdasarkan musyawarah pada Pertemuan Kecamatan I tersebut, diputuskan secara mufakat bahwa permasalahan infrastruktur di Desa Kenongorejo (pembangunan jembatan) menjadi prioritas utama. Pemilihan dan rencana pembangunan infrastruktur ini juga didukung penuh oleh Tim Pelaksana Kabupaten Ngawi melalui pemantauan dan asistensi pada saat perancangan struktur jembatan agar sesuai dengan kaidah dan persyaratan teknis.
Terwujudnya pembangunan jembatan sangat menggembirakan warga desa Kenongorejo dan disambut dengan sangat antusias. Namun setelah perancangan selesai, ternyata pembangunan jembatan yang direncanakan memiliki bentang total 60 m ini membutuhkan dana sebesar Rp 647 juta, melebihi alokasi dana PISEW sebesar Rp 600 juta. Menyikapi hal tersebut, masyarakat desa Kenongorejo, didukung desa sasaran lain kembali menunjukkan antusiasme dan sifat gotong royongnya. Warga desa sepakat bahwa pembangunan oprit sepanjang 40 meter dengan biaya sebesar Rp 47 juta dilakukan secara swadaya. Saat ini proses pembangunan oprit jembatan telah mulai dilakukan. Sesuai kebiasaan di masyarakat upacara selamatan dilakukan di sela-sela kegiatan menguruk tanah.
Pada saatnya nanti, jembatan ini akan meretas daerah terisolir di Desa Kenongorejo dan menyisakan “getek” sebagai bagian sejarah masa lalu desa Kenongorejo. Biarlah getek menjadi ingatan yang tak terlupakan bagi masyarakat Desa Kenongorejo ketika harus menembus dalamnya air waduk Pondok. (Posma PHS)