11 Desember 2018
Destinasi Wisata Mangrove di Kecamatan Karossa, Sulawesi Barat
Berbagai penelitian telah mengungkapkan manfaat hutan (ekosistem) mangrove bagi alam dan manusia. Diantaranya, peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR), Daniel Murdiyarso, berdasarkan risetnya, menjelaskan bila hutan mangrove Indonesia menyimpan lima kali karbon lebih banyak per hektare, dibanding hutan tropis dataran tinggi. Mazda dkk. (1997a, 1997b), Massel dkk. (1999), Dahdouh-Guebas dkk. (2005), Kathiresan dan Rejendran (2005), MSSRF (2005), Alongi (2008), Bahuguna dkk (2008), Osti dkk. (2009) dan Bao (2011) menyatakan bahwa hutan mangrove di sepanjang pantai mampu mengurangi ketinggian dan energi gelombang tsunami setelah melewati hutan mangrove.
Bahkan buah mangrove jenis Bruguiera gymnorrhiza (dikenal dengan nama lokal lindur (Jawa dan Bali), kajang-kajang (Sulawesi), aibon (Biak), dan mangi-mangi di Papua), yang secara tradisional diolah menjadi kue, dicampur nasi atau dimakan langsung dengan bumbu kelapa (Sadana, 2007) ternyata mengandung energi dan karbohidrat cukup tinggi. Penelitian yang telah dilakukan Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Badan Bimas Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Timur (Fortuna, 2005) menunjukkan, kandungan energi jenis ini 371 kalori per 100 gram, lebih tinggi dari beras (360 kalori per 100 gram), atau jagung (307 kalori per 100 gram). Sedangkan kandungan karbohidratnya sebesar 85.1 gram per 100 gram, lebih tinggi dari beras (78.9 gram per 100 gram) dan jagung (63.6 gram per 100 gram).
Berdasarkan data One Map Mangrove, luas ekosistem mangrove Indonesia 3,5 juta hektare. Namun disayangkan, ekosistem mangrove yang berada di 257 kabupaten/kota, sebagian besar telah mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut disebabkan konversi lahan menjadi area penggunaan lain, perambahan, hama dan penyakit, pencemaran dan perluasan tambak, serta praktik budidaya yang tidak berkelanjutan.
Salah satu strategi untuk memperbaiki kerusakan ekosistem mangrove adalah dengan cara menjalin kerja sama antara pelaksanaan program pemerintah dengan keinginan masyarakat lokal melalui penanaman kembali pohon mangrove. Tentunya dengan mempertimbangkan jenis mangrove yang cocok ditanam pada lokasi tersebut. Dukungan dari kedua pihak tersebut akan memperbesar potensi keberhasilan program dan memberikan dampak berupa:
- Mewujudkan konservasi sebagai dasar pelestarian hutan mangrove yang berkaitan dengan aspek perikanan dan ekowisata (ecotourism).
- Berperan sebagai pusat kegiatan yang bertanggung jawab terhadap pelestarian hutan mangrove.
- Mewujudkan pola rehabilitasi dan pengelolaan yang efektif, sederhana, dan tepat terhadap hutan mangrove.
- Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dalam mengelola dan merehabilitasi hutan mangrove.
Kegiatan PISEW Tahun 2018 di kecamatan Karossa, kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, melakukan pembangunan fasilitas pendukung ekowisata di hutan mangrove pantai desa Salubiro, berupa jalan akses menuju pantai, jerambah menembus hutan, 6 unit gazebo, dan 1 unit toilet umum. Selain di desa Salubiro, pengembangan kawasan wisata kecamatan Karossa melalui Kegiatan PISEW 2018 juga dilakukan di desa Karossa, berupa jalan akses, 6 unit gazebo, dan fasilitas toilet umum.
Saat ini, infrastruktur terbangun telah dimanfaatkan sebagai destinasi wisata di kecamatan Karossa. Promosi untuk mengunjungi pantai Salubiro juga didukung oleh Pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah melalui tayangan di situs Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olah Raga.
Tantangan selanjutnya bagi pengelola kawasan wisata ini adalah bekerja sama dengan stakeholder terkait untuk mendapatkan pengetahuan dalam pelestarian dan pengembangan ekosistem mangrove yang ada. Pengelola juga tentunya harus memelihara kualitas infrastruktur terbangun agar tidak menimbulkan kekecewaan bagi pengunjung. (Posma PHS)